JURNAL
PRAKTIKUM
KIMIA
ORGANIK I
DISUSUN
OLEH:
NAMA
: DEA RISTRIA ARIANI
NIM
: A1C118003
DOSEN
PENGAMPU:
Dr.Drs.SYAMSURIZAL,
M.Si
Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi
2020
Percobaan
8
I.
Judul :
Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II. Hari, Tanggal : Rabu, 1 Mei
2020
III. Tujuan :
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami serta terampil dalam hal berikut ini:
1. Dapat
memahami teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
2. Dapat
terampil membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
3. Dapat
terampil memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis
tipis dan memurnikannya dengan kolom
4. Dapat
terampil memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom
IV.
Landasan Teori
Dalam kimia banyak teknik dalam menganalisis salah satunya ialah
kromatografi yang dipakai untuk memisahkan suatu senyawa organic yang khusus
yang dijadikan bentuk komponen penyusunnya hingga tiap komponen dapat
dianalisis secara keseluruhan. Kromatografi memiliki banyak jenisnya seperti
kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, kromatografi penukar ion, dllnya. Setiap
jenisnya itu prinsip dasarnya sama. Yaitu pemisahan komponen suatu zat
berdasarkan perbedaan afinitas/gaya
adesi dari tiap analit dengan fasa diam dan gerak hingga komponen tersebut
terpisah. Daya adsorbs dari fase diam dapat menentukan afinitas analit itu dan
kelarutan suatu analit bergantung terhadap fasa gerak yang dipakai. Dengan kata
lain semakin besar daya adsorpsi terhadap fasa diam serta kelarutan semakin
kecil terhadap fase gerak akan mengakibatkan waktu tinggal pada kolom akan lama
dan begitu sebaliknya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Pada
proses terdapat beberapa ke cenderugan didalam suatu proses kromatografi antara
lain molekul komponen cenderung melarut di dalam cairan,molekul komponen memiliki
kencenderugan teradsorpsi, molekul komponen juga mempunyai kecenderugan megalami reaksi
kimia (penukaran ion). Pemisahan akan terjadi atas dasar perbedaan perpindahan
zat yang meyusun sampel hasil dari permisahan tersebut mampu untuk di gunakan
dalam analisis kuantitatif , kualitatif,serta preparatif kromatografi lapis
tipis mirip dengan koromatografi kertas dari cara melakukannya. Perbedaannya
terletak pada media pemisahan adsorben seperti alumunium atau plastik berlaku
sebagai fase diam (Soebagio, 2000).
Kromatografi Lapis Tipis pertama
dikembangkan tahun1938. Yang mana absorben tersebut dilapiskan di lempeng kaca
yang merupakan fase diam. Fase gerak akan menyerap sepanjang fase diam hingga
terbentuk kromatogram. Metode tersebut memiliki karakter yaitu sederhana, cepat
dan juga sensitive. Dalam perlakuan ini biasa yang dipakai dalam melapisi yaitu
gel silica, bubuk selulosa. Deteksi noda pada kromatografi lapis tipis mudah
dibandingkan dengan kromatografi kertas (Khopkar,2010).
Yang
termasuk salah satu hal penting dalam proses pemisahan kromatografi ialah fase
diam (stationary phase) karena terjadi interaksi terhadap perbedaan waktu
retensi dan terjadinya pemisahan komponen pada analitnya. Fase diam dapat
berupa molekul kecil ataupun cairan yang biasanya dilapisi pada pendukung
padatan. Adapun yang penting lainnya yaitu fase gerak (mobile phase) sebagai
pembawa yang memiliki sifat inert dan berinteraksi dengan analit. Bentuk dari
fase gerak ialah berupa cairan ada juga berupa gas inert (Denikrisna, 2010).
Pilihan
yang terbaik jika menginginkan pemisahan campuran senyawa yang bentuknya berupa
ekstrak. Karena lebih murah dan waktu yang diperlukan tidak lama. Yang mana
hasilnya berbentuk fraksi-fraksi berupa campuran atau bisa juga menghasilkan
senyawa yang murni. Kromatogfi kolom ada
kelemahan yang mana jika jumlahnya sedikit maka ada kecenderungan terdapat fasa
yang tertinggal pada fase diam (Ismiarni,2010)
V.
Alat dan Bahan
5.1 Alat
1. Pelat
kaca
2. Kain
kering
3. Oven
4. Kaca
besar
5. Gelas
piala
6. Batang
pengaduk
7. Cawan
petri
8. Tabung
reaksi kecil
9. Pipa
gelas kapiler
10. Pelat
TLC
11. Bejana
pengembang
5.2 Bahan
1
Air
2
Metanol
3
Pita selotip
4
Silika gel
5
Asam asetat
6
Eter
7
Benzen
8
Kertas saring
9
Tablet mengandung kafein
10
Kafein standar
11
Kristal iod
12
Daun
13
Petrolium eter
14
Kristal Na-sulfat anhidrat
15
Gelas wool
16
Suspensi selulosa
17
Kalsium karbonat
18
Suspensi sukrosa
19
Aseton
VI.
Prosedur Kerja
6. 1 Kromatografi Lapis Tipis
a.
Dibersihkan
pelat kaca kecil dengan air,methanol, lap dengan menggunakan kertas atau kain
lalu dikeringkan dengan oven
b.
Disusun
5 pelat diatas sebuah kaca besar, direkatkan kedua sisi deretan pelat kecil
dengan pita selotip
c.
Disiapkan
suspensi silica gel dengan dicampurkan 5gr bahan dan 10ml methanol/air suling dalam
gelas piala tertutup. Sebarkan suspensi diatas pelat dan ratakan suspense keseluruh permukaan kaca dengan batang
pengaduk,lalu dikeringkan didalam oven 120°C selama 10 menit
d.
Dibuatlah
larutan pengembang dengan komposisi methanol : asam asetat : eter : benzene
(0,10 : 1 : 3 : 5,9)ml dalam gelas piala ukuran 100ml dilapisi dinding dalamnya
dengan kertas saring, ditutup gelas piala dengan cawan petri
e.
Digerus
2 buah tablet yang mengandung kafein dan diekstraksi dengan 5ml methanol.
f.
Dilarutkan
50mg kafein standar dalam 1ml methanol didalam tabung reaksi kecil
g.
Diambil
cairan menggunakan pipa gelas kapiler, lalu bubuhkan diatas pelat TLC kecil
dengan jarak 1cm satu sama lain dan 1cm dari tepi pelat kaca, dikeringkan noda
sampel dan standar dengan di tiup,lalu dibubuhkan 3-5kali dan setiap kali
dikeringkan
h.
Dimasukkan
pelat kebejana pengembang, perhatikan supaya noda tidak terendam. Di biarkan
hingga garis pelarut dapat mencapai sekitar 1cm dari tepi atasnya pelat
i.
Diangkat
pelat di tandai garis depan pelarut lalu dikeringkan
j.
Dimasukkan
pelat ke gelas piala yang telah diisi dengan butiran Kristal iod , ditunggu
hingga nampak noda
k.
Diangkat pelat dan dilingkarkan noda
l.
Dihitung dan bandingkan semua Rf
6. 2 Kromatografi Kolom
a.
10
lembar daun dilumatkan dengan memakai lumping, direndamlah selama 1jam dengan
perendamnya itu campuran dari 90ml PE (td 60-90°C), 10ml benzene serta 30ml
methanol.disaring kemudian diekstraksi sebanyk 4x dengan air 50ml, dipisahkan
lapisan organic. Dikeringkan dengan Kristal Na-sulfat anhidrat. Kemudian
disaring kembali. Gunakan rovator untuk mempekatkan lapisan organic hingga
cairan tinggal beberapa ml.
b.
Disiapkan
kolom kromatografi dengan pipet tetes. Disumbat bagian bawah kolom dengan gelas
wool. Lalu dimasukkan suspense selulosa (dari0,5gr selulosa dalam 10ml pelarut
PE) hingga 3-4cm. kemudian dimasukkan lagi suspense CaCO3 (1gr CaCO3
dalam 10ml PE)hingga 3-4cm. pelarut harus diberikan terus hingga timbunan
tenyerap menjadi kering dan udaranya masuk. Diletakkan kertas saring diatas dan
diantara timbunan penyerap
c.
Dimasukkan
larutan sampel setinggi 1cm. jikalau permukaan sampelnya telah mendekati
permukaan penjerap cepat dibilas dengan PE:aseton(6:1) bagian dalam kolomnya.
Terus lakukan penetesan pelarut ke dalam kolom. Dihentikan pemberian pelarutnya
jika warna telah keluar dari kolom.
Agar kita dapat
memahami percobaan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom dapat dilihat melalui tayangan video berikut ini :
Dari tayangan video
tersebut ada beberapa permasalahan yaitu :
1.
Dari
tayangan video mengenai kromatografi kolom mengapa pada buret bagian dalamnya
dimasukkan gelas woll dan pasir kromatografi?apakah penggunaan gelas woll itu
dapat digantikan dengan yang lainnya?jelaskan
2.
Pada
saat penyiapan chamber dari tayangan video pada bagian mulutnya itu terlebih
dahulu diolesi dengan eksikator apakah tujuan dari penggunaan tersebut?jelaskan
3.
Dari
tayangan video yang digunakan sebagai eluen ialah kloroform dan etanol dengan
perbandingannya 9:1, mengapa dipilih
kloroform dan etanol?apakah ada senyawa lain yang dapat digunakan sebagai
eluen?jelaskan
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBaiklah. Saya Ryan Willianto dengan NIM A1C118019 akan menjawab permasalahan saudari Dea nomor 3.
BalasHapusPemilihan kloform dan etanol sebagai eluen melalui berbagai perbandingan, syarat, dan kecocokan dengan sampel. Pemilihan kloroform dan etanol secara ringkas karena memiliki kepolaran yang cukup sama dengan kepolaran sampel. Kepolaran ini yang akan membuat sampel dapat terbawa ke atas menuju batas yang ditentukan, perbandingan nya disesuaikan kepolaran atau sifat antara sampel dengan eluen.
Pemilihan eluen memiliki syarat, yaitu : kemurnian, stabilitas, viskositas (kekentalan) rendah, tekanan uap rendah, dan daya toksik rendah (agar tidak bereaksi dengan sampel). Pemilihan eluen dapat diperhatikan melalui kecepatan nya untuk merambat pada pelat agar mudah melakukan proses kromatografi. Kemudian, kepolaran juga penting bagi proses kromatografi.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
BalasHapusSaya Rismayanti Nim A1C118007
Saya akan menjawab pertanyaan nomor 1
Jadi fungsi gelas wool dimasukkan kedalam buret adalah untuk menyumbat buret agar pasir tetap tertahan di batang buret. Sedangkan fungsi pasir disana adalah untuk menahan agar fasa diam tidak bercampur dengan sampel.
Fungsi gelas wool dapat digantikan dengan kapas.
Terimakasih
Assalamualaikum, hai dea saya Cici Indah Septiana NIM A1C118069 akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. Pengolesan bertujuan agar uap atau udara yg ada didalam ataupun dilusr chamber tidak dapat keluar masuk, sehingga sistem dapat mencapai kesetimbangan dengan baik. Terima kasih Wassalamualaikum
BalasHapus