Minggu, 02 Februari 2020

Laporan Praktikum Percobaan 1


LAPORAN  PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I



DISUSUN OLEH:
NAMA : DEA RISTRIA ARIANI
NIM : A1C118003


DOSEN PENGAMPU:
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si



Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi
2020




VII.          Data Pengamatan
7.1        Analisa Unsur
7.1.1        Karbon dan Hidrogen

7.1.2        Halogen
a.       Tes Bleisten
b.       Tes CaO
7.1.3        Metode Leburan dengan Natrium

a.       Belerang
b.       Nitrogen
c.       Halogen 

7.1        Penentuan Kelas Kelarutan
7.2.1        Kelarutan dalam air
7.2.2        Kelarutan dalam eter

7.2.3        Kelarutan dalam NaOH 5%
7.2.4        Kelarutan dalam NaHCO3 5%

7.2.5        Kelarutan dalam HCl
7.2.6        Kelarutan dalam H2SO4 pekat
7.2.7        Kelarutan dalam H3PO4 pekat

VIII.          Pembahasan
Bagi seluruh makhluk hidup di dunia ini ada peran penting yang harus ada untuk kelangsungan hidup mereka yaitu zat-zat organic dan masing-masing unsur yang menyusunnya. Keberagaman dari tiap unsur penyusun dapat digunakan dalam menentukan kereaktifan serta fungsi dari zat organic yang ada dalam kehidupan makhluk hidup. Oleh sebab itu diperlukannya identifikasi dari setiap unsur yang menyusun suatu senyawa organic dan juga penetuan dari kelarutan dari senyawa tersebut untuk mengetahui peran dari masing-masing unsur penyusun. Dengan mengetahui unsur yang ada maka dapat diestimasikan mengenai rumus empiris dan rumus molekul. Dari data yang didapatkan mengenai rumus empiris dan rumus molekul dapat diprediksikan bahwasannya senyawa tersebut larut dalam pelarut polar atau dapat larut dalam pelarut nonpolar. Dari perbedaan kelas kelarutan ini diprediksikan suatu senyawa kecenderungannya mampu bereaksi dengan senyawa yang lain. Pengetahuan mengenai teknik analisa suatu unsur penyusun dalam senyawa organic serta kelarutannya diperlukan dalam merancang suatu eksperimen. ( http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik )

8.1        Analisa Unsur
8.1.1        Karbon dan Hidrogen
Pada percobaan ini dilakukannya analisa unsur senyawa organic yaitu : karbon, nitrogen, belerang, halogen dan hydrogen. Untuk penentuan karbon dan hydrogen dilakukan dengan  1 gram serbuk CuO dimasukkan ke dalam cawan porselen lalu dikeringkan diatas Bunsen. Pengeringan ini dilakukan untuk menguapkan pengotor yang terdapat didalam senyawa tersebut. Hasil yang didapatkan itu  pada serbuk CuO tidak terjadi perubahan dan hanya terlihat kering karena dipanaskan. Selanjutnya dilanjutkan dengan penambahan 0,1 gram gula ke dalam  tabung reaksi. Tujuan dilakukannya penambahan gula yaitu untuk dapat mengidentifikasi unsur C dan H karena pada gula terdapat unsur tersebut, dari hasil pembakaran tersebut dihasilkan gas CO2 dan H2O. Dengan reaksi pembakaran dari gula:


C12H22O11  + 12O2     ------>  12CO2 + 11 H2O

Selanjutnya dilakukan penyusunan tabung pengalir gas, sehingga gas yang mengalir pada tabung yang telah berisi 10 ml larutan Ca(OH)2. Ditambahkannya larutan Ca(OH)2 bertujuan untuk membentuk endapan yang berwarna putih keruh dengan reaksi sebagai berikut ini :
Ca(OH)2 + CO2  ------->    CaCO3 + H2O
Pengujian  H2O dapat diamati pada pipa U dengan ciri-cirinya yaitu pada titik embunnya terdapat pada dinding tabung reaksi pada saat proses pemanasan berlangsung. Terbentunya gas karbondioksida dan juga uap air tersebut menandakan bahwa pada senyawa tersebut terdapat unsur karbon dan hydrogen.
8.1.2        Halogen
a.       Tes bleisten
Percobaan menentukan unsur halogen dengan tes bleisten. Pertama  dilakukannya pemanasan pada kawat tembaga untuk menghilangkan pengotor pada kawat tembaga agar lebih mudah mengawati warna nyalanya. Yang hasilnya itu menunjukkan kawat tembaga menjadi kemerah-merahan pada warna nyalanya. Kemudian diteteskan dengan n-heksana lalu dipijarkan kembali untuk mengamati warna nyala yang timbul, hasil nya itu pada kawat tembaga timbul warna nyala oren.
b.      Tes CaO
Pada tes CaO bahannya itu tidak ada sehingga kami menggantikan CaO dengan cangkang telur. Yang mana kami melakukan pemanasan terlebih dahulu terhadap cangkang telur yang sebelumnya telah ditambahkan dengan 2 tetes n-heksana sebagai pengganti CCl4. Didapatkannya hasil yaitu pada sebagian cangkang telur itu menjadi gosong dengan mengeluarkan bau gosong itu. Kemudian setelah larutan tersebut dingin kami didihkan 5 ml air suling hasilnya air itu mengeluarkan uap dan larutan menjadi bening. Lalu campurannya dituangkan kedalam gelas kimia yang berukuran 100 ml yang sebelumnya telah ditambahkan dengan HNO3 encer. Hasil yang didapatkan bahwasannya pada campuran itu timbul gelembung gas pada sekitar cangkang telur dan berwarna jernih.
8.1.3        Metode Leburan dengan Natrium
a.       Belerang
Percobaan ini dilakukan agar dapat membuktikan bahwa pada senyawa itu terdapat unsur belerangnya. Seharusnya pada percobaan ini digunakan larutan Lassaigne yang terbuat dari leburan natrium. Namun dikarenakan logam Na tidak ada jadi digantikan dengan putih telur. Dimana 3 ml putih telur ini terlebih dulu diasamkan dengan HCl pekat, dipanaskan denga tabung reaksi yang telah tertutup dengan kertas saring yang telah dibasahi oleh Pb-asetat 10%. Yang mana pada larutan tersebut timbullah gelembung gas dengan bau yang tidak enak serta terdapat gumpalan berwarna putih yang disebabkan menggumpalnya putih telur. Didalam larutan ini ditambahkan sebanyak 2 tetes  Na-nitroprosia yang membuat larutan timbul endapan yang berwarna putih kecoklatan. Hal ini menandakan bahwasannya di dalam putih telur mengandung unsur belerang.
b.      Nitrogen
Pada percobaan dalam menentukan unsur nitrogen seharusnya juga digunakan laruta Lassaigne karena larutannya tidak dapat dibuat karena keterbatasan bahan maka kami menggunakan larutan ninhidrin sebanyak 3 ml lalu diteteskan dengan 5 tetes larutan FeSO4, 1 tetes FeCl2 , 5 tetes KF 10%, 2 ml NaOH 10%. Kemudian dipanaskan . Setelah itu diasamkan dengan asam sulfat encer. Maka hasilnya itu pada larutan akan terbentuk warna hitam yang berubah menjadi kuning bening serta terbentuk pula endapan pada bagian bawah nya itu yang berwarna biru. Hal ini yang menandakan bahwa pada larutan ninhidrin terdapat unsur nitrogen.
c.       Halogen
Pada penentuan unsur halogen juga yang semestinya kami menggunakan larutan Lassaigne karena ada keterbatasannya bahan maka bahn tersebut kami ganti dengan menggunakan putih telur. Dimana 3 ml putih telur tersebut terlebih dahulu diasamkan dengan menggunakan HNO3 encer sehingga terbentuk larutan yang berwarna putih keruh. Lalu didihkan dengan waktu 5 hingga 10 menit yang hasilnya itu membuat perubahan warna pada larutan menjadi warna kuning dengan timbulnya banyak gas dengan bau yang tidak sedap hanya beberapa waktu saja. Selanjutnya larutan ini dimasukkan sebanyak 5 ml larutan AgNO3 (10%) encer dan didihkan kembali dengan hasil yang terbentuk itu pada larutan terdapat endapan halus banyak  berwarna hitam kecoklatan. 

8.2         Penentuan Kelas Kelarutan
Pada penentuan kelas kelarutan ini kami mengambil 5 senyawa yang terdiri dari gula, tepung, minyak, putih telur serta garam untuk diuji kelas kelarutannya masing-masing dengan menggunakan berbagai macam pelarut yaitu : air, eter, NaOH 5%, NaHCO3 5%, HCl, H2SO4 pekat, H3PO4 pekat. Dari setiap kelarutan ini akan menandakan sifat fisis dan sifat kimia dari senyawanya masing-masing.
8.2. 1      Kelarutan dalam air
Pada percobaan penentuan kelas kelarutan pelarut yang pertama digunakan yaitu pelarut air. Untuk garam, gula, dan tepung diambil sebanyak 0,1 gram sedangkan untuk minyak dan putih telur digunakan sebanyak 3 tetes. Hal ini dikarenakan perbedaan jenis zat dari setiap senyawa  yaitu ada zat cair dan juga zat padat. Kemudian dari setiap senyawa ditambahkan dengan 3ml air suling dan dikocok kuat hingga bercampur. Dan hasilnya pada garam dan gula itu terbentuk larutan yang jernih (+) pertanda bahwa senyawa tersebut larut didalam air. Namun untuk tepung, minyak, dan putih telur itu menjadikan larutannya keruh (-) yang menandakan bahwa senyawa tersebut tidak larut dalam air.
8.2. 2      Kelarutan dalam eter
Pada percobaan dalam kelarutan eter ini diambil terlebih dahulu senyawa yang digunakan dengan ketentuannya. Untuk garam, gula, dan tepung diambil sebanyak 0,1 gram sedangkan untuk minyak dan putih telur digunakan sebanyak 3 tetes. Kemudian setiap senyawa ini dimasukkan sebanyak 3 ml eter sebagai pelarut dan dikocok kuat sampai semuanya bercampur. Setelah itu didapatkanlah bahwa garam, gula, minyak dan putih telur itu terbentuk larutan yang jernih (+) pertanda bahwa senyawa tersebut larut di dalam eter. Namun untuk tepung itu menjadikan larutannya keruh (-) yang menandakan bahwa senyawa tersebut tidak larut dalam eter.
8.2. 3      Kelarutan dalam NaOH 5%
Di dalam penentuan kelarutan NaOH 5%  diambil  senyawa yang digunakan sesuai dengan ketentuan. Untuk garam, gula, dan tepung diambil sebanyak 0,1 gram. Untuk minyak dan putih telur digunakan sebanyak 3 tetes. Lalu setiap senyawa dimasukkan sebanyak 3 ml NaOH 5%   sebagai pelarutnya dan dikocok kuat sampai semuanya bercampur. Setelah itu didapatkanlah hasil bahwa gula itu terbentuk larutan yang jernih (+) pertanda bahwa senyawa tersebut larut di dalam NaOH 5%. Namun untuk tepung, garam, minyak dan putih telur itu membuat larutannya keruh (-) yang menandakan bahwa senyawa tersebut tidak larut dalam NaOH 5%.

8.2. 4      Kelarutan dalam NaHCO3 5%
Untuk penentuan kelarutan NaHCO3 5%  diambil  senyawa yang digunakan sesuai dengan ketentuan. Untuk garam, gula, dan tepung diambil sebanyak 0,1 gram (zat padat). Untuk minyak dan putih telur digunakan sebanyak 3 tetes (zat cair) . Di setiap senyawa dimasukkan sebanyak 3 ml NaHCO3 5%   sebagai pelarutnya lalu dikocok kuat sampai semuanya bercampur rata. Setelah itu di amati dan hasil bahwa gula dan putih itu terbentuk larutan yang jernih (+) dan menimbulkan gas CO2 pertanda bahwa senyawa tersebut larut di dalam NaHCO3 5%   . Namun untuk tepung, garam, dan minyak itu membuat larutannya keruh (-)dan tidak menimbulkan gas CO2 yang menandakan bahwa senyawa tersebut tidak larut dalam NaHCO3 5%    .

8.2. 5      Kelarutan dalam HCl
Untuk penentuan kelarutan HCl senyawa yang digunakan diambil sesuai dengan ketentuan. Untuk garam, gula, dan tepung diambil sebanyak 0,1 gram (sebagai zat padat). Untuk minyak dan putih telur digunakan sebanyak 3 tetes (sebagai zat cair) . Di setiap senyawanya itu dimasukkan sebanyak 3 ml HCl sebagai pelarutnya lalu dikocok kuat-kuat sampai semuanya bercampur merata. Setelah itu di amati dan hasilnya bahwa semua senyawa yaitu :gula, tepung, minyak, putih telur dan garam itu terbentuk larutan yang jernih (+)pertanda bahwa senyawa tersebut larut di dalam HCl.
8.2. 6      Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Penentuan kelas kelarutan dengan H2SO4 pekat senyawa yang digunakan diambil sesuai dengan ketentuannya terlebih dahulu. Untuk garam, gula, dan tepung diambil sebanyak 0,1 gram (zat padat). Untuk minyak dan putih telur digunakan sebanyak 3 tetes (zat cair) . Di setiap senyawanya itu dimasukkan sebanyak 3 ml H2SO4 pekat sebagai pelarutnya lalu dikocok kuat-kuat sampai semuanya bercampur secara merata. Setelah itu di amati dan hasilnya menunjukkan bahwa semua senyawa yaitu :gula, minyak, dan garam itu terbentuk larutan yang jernih (+)dan terasa panas yang menandakan bahwa senyawa tersebut larut di dalam H2SO4 pekat sedangkan pada tepung terjadi perubahan warna menjadi oren dan untuk putih telur menhasilkan warna merah hati dan kedua larutan ini terasa panas sehingga tepung dan putih telur juga larut .
8.2. 7      Kelarutan dalam H3PO4 pekat
Penentuan kelas kelarutan dengan H3PO4 pekat senyawa yang digunakan diambil sesuai dengan ketentuannya terlebih dahulu. Untuk garam, gula, dan tepung diambil sebanyak 0,1 gram . Untuk minyak dan putih telur digunakan sebanyak 3 tetes. Di setiap senyawanya itu dimasukkan sebanyak 3 ml H3PO4 pekat sebagai pelarutnya lalu dikocok kuat-kuat sampai semuanya bercampur secara merata. Setelah itu di amati dan hasilnya menunjukkan bahwa semua senyawa yaitu :gula,tepung,  minyak,putih telur dan garam itu terbentuk larutan yang jernih (+)dan terasa panas yang menandakan bahwa senyawa tersebut larut di dalam H3PO4 pekat.
IX.          Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan hasil yang didapatkan maka dapat di buat kesimpulan yaitu :
1.      Analisis kualitatif dalam prinsipnya dibidang kimia organic digunakan untuk  mengetahui unsur  yang terkandung didalam suatu senyawa yang sedang dianalisis seperti terdapatnya unsur C,H, O, X, N dan juga S.
2.      Di dalam mengidentifikasikan unsur terdapat mekanisme kerja saat menganalisisnya dimulai dari unsur karbon, hydrogen, belerang, nitrogen, serta halogen didalam suatu senyawa organic terlebih dahulu dilakukannya pengidentifikasi senyawa tersebut dengan pereaksi tertentu. Untuk penentuan kelas kelarutannya di lakukan uji kelarutan dengan menggunakan pelarut yang berbeda-beda.
3.      Pada percobaan ini kami mencoba senyawa seperti gula, tepung, putih telur, minyak serta garam untuk dianalisa dengan menggunakannya pelarut (air, eter, NaOH 5%, NaHCO3 5%, HCl, H2SO4 pekat, dan H3PO4 pekat. Hasilnya bahwa gula dapat larut pada semua pelarut, tepung hanya dapat larut pada pelarut  HCl, H2SO4 pekat, dan H3PO4 pekat. Garam larut pada pelarut air,eter, HCl dan H3PO4 pekat. Untuk minyak larut dalam pelarut eter, HCl, H2SO4 pekat, dan H3PO4 pekat. Dan untuk putik telur larut pada pelarut eter ,NaHCO3 5%, HCl, H2SO4 pekat, dan H3PO4 pekat
X.       Manfaat
manfaat yang dapat diambil dari percobaan ini untuk praktikan diantara lainnya:
          1.  Praktikan  memahami mengenai prinsip dasar dalam analisis kualitatif dalam kimia organik.
         2. Praktikan  memahami tahapan kerja analisa yang dimulai dengan unsur karbon, hidrogen,                   belerang,nitrogen, halogen dalam suatu senyawa organik dan penentuan kelas kelarutannya.
        3. Praktikan mengetahui hasil dari beberapa senyawa gula, tepung, garam,putih telur dan                           minyak  untuk analisis kelas kelarutannya.

XI.             Pertanyaan
1.      Bagaimana pengaruh n-heksana pada penentuan unsur halogen dalam tes Bleistein, yang seharusnya itu digunakan CCl4 dalam penentuannya?
2.      Pada saat identifikasi unsur belerang dengan menggunakan putih telur yang diasamkan dengan HCl pekat lalu dipanaskan dengan tabung reaksinya yang tertutupi oleh kertas saring yang sebelumnya sudah dibasahi dengan Pb-asetat 10% terbentuk gumpalan putih pada putih telur. Mengapa gumpalan putih pada cangkang telur dapat terbentuk?
3.      Bagaimana peran CuO dalam penentuan unsur karbon dan hydrogen?

XII.                Daftar Pustaka
            Ardianingsih,Retno. 2009 . Penggunaan High Performance Liquid Chromatografhy (HPLC)                        Dalam Proses Analisa Deteksi Ion. Jurnal Berita Dirgantara : vol. 10 no.4.
           Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:                                   erlangga
           Fessenden,R.J and Fessenden J.S. 1982. Kimia Organik edisi ketiga jilid 1.Jakarta:Erlangga.
           Syamsurizal .2019. Analisis Kualitatif Senyawa Organik.                                                             (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik ). 
              Diakses pada tanggal 26 januari 2019 pukul 20.17).

          Widodo, Kaflah.2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
XIII. Lampiran Gambar
                                            pemanasan 1 gram serbuk CuO dalam cawan porselin.
serbuk CuO yang kering setelah dipanaskan
penambahan gula pada serbuk CuO saat hangat
susunan dari tabung pengalir gas
larutan Ca(OH)2 yang digunakan
hasil uji kelarutan untuk garam dan gula terhadap air
selengkapnya percobaan ini dapat di lihat pada video berikut ini:
https://youtu.be/IJ0i_M-svsY  





5 komentar:

  1. Assalamualaikum wr wb. Saya Resa Ovelia Hamsar dengan NIM A1C118034 akan berusaha menjawab pertanyaan untuk nomor 3. CuO berperan sebagai senyawa organik yang akan diidentifikasi kandungan Karbon dan Hidrogennya ketika di campurkan dengan gula.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Saya M.Riyo Agung Kurnia, Nim A1C118011.saya ingin menjawab pertanyaan no 1. Menurut saya n- Hexane yang digunakan untuk menggantikan CCl4 pada penentuan halogen kurang cocok sebab n- Hexane memiliki rumus C6H14 sementara CCl4 memiliki unsur halogen didalamnya yaitu clor. Dan n- Hexane tidak mempunyai unsur halogen sehingga saat pembakaran dilakukan warna nyala dari halogen yang diharapkan(warna hijau) tidak timbul.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Saya Sari Bulan (A1C118065) saya akan membantu menjawab no2, karena putih telur mengandung protein, saat setelah ditambahkan HCl lalu dipanaskan larutan tersebut akan mendenaturasi protein yang ditandai dengan adanyanya gumpalan putih yang disebabkan oleh putusnya ikatan non-kovalen sehinnga menurun kemampuan mengikat air maka dari itu putih telur menggumpal

    BalasHapus