LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
DI SUSUN OLEH:
NAMA : DEA RISTRIA ARIANI
NIM : A1C118003
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Drs.SYAMSURIZAL, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
VII.
Data Pengamatan
7.1 Kalibrasi Termometer
7.2 Penentuan Titik Leleh
VIII.
Pembahasan
Dalam pengukuran suatu temperature
biasanya yang digunakan sebagai alatnya yaitu thermometer. Thermometer dapat
digunakan pada kondisi dingin, biasa maupun panas. Temperature yang di
tunjukkan oleh alat tersebut harus dipastikan terlebih dahulu ketepatan serta
ke akuratannya. Dalam memastikan hal ini harus dilakukannya kalibrasi
thermometer, untuk menentukan kelayakan suatu thermometer yang akan digunakan
untuk pengukuran suhu. Titik leleh dari zat padat menerangkan keaadan yang mana
zat pada saat suhu tertentu. Mengalami perubahan dari fasa yang padat menjadi
cair. Taraf kemurnian dari suatu zat dapat digambarkan melalui perbedaan
temperature pada saat zat tersebut akan meleleh sampai meleleh semuanya. Di
tandai dengan adanya kemurnian zat yang semakin tinggi jikalau selisih dari
suhunya itu semakin kecil begitupun dengan sebaliknya. ( http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/).
8.1 Kalibrasi Termometer
Alat yang digunakan dalam
menentukan suatu temperature yaitu thermometer. Percobaan pertama kami
melakukan kalibrasi thermometer yang akan digunakan dalam mengukur suhu
nantinya. Thermometer yang dipakai merupakan thermometer celcius dengan rentang
dari 0-100°. Bahan yang di pakai dalam kalibrasi ini yaitu es batu dan
juga air yang dipanaskan. Hal pertama
yang dilakukan yaitu menentukan batas bawah pada skala termometernya dengan
menggunakan es batu yang dimasukkan kedalam Erlenmeyer, ditambahkan sedikit air , yang ditutup rapat, kemudian di
ukur suhu nya sampai temperature yang konstan. Dari hasil yang didapatkan
terlihat bahwa suhu konstannya 0°C hasil ini kemudian dijadikan sebagai batas
bawahnya termometer. Kemudian di ulangi lagi kegiatannya tetapi dengan
menggunakan air yang dipanaskan menggunakan bunsen. Air di dalam Erlenmeyer
ditutup rapat sambil di letakkan thermometer 1cm diatas permukaan. Diukur suhu
sampai konstan yang digunakan sebagai tetapan batas atasnya, dari hasil
pengukuran didapatkan bahwa suhunya sebesar 100°C. berdasarkan hasil yang
didapatkan dari percobaan ini maka thermometer yang digunakan dinyatakan layak
untuk dipakai.
8.2 Penentuan Titik Leleh
Selanjutnya
pada percobaan penentuan titik leleh digunakan senyawa murninya yaitu naftalen,
glukosa, beta-naftol, asam benzoate dan maltose. Selain menentukan titik leleh
dari senyawa murni kami juga melakukan penentuan titik leleh dari beberapa
campuran senyawa murni diantaranya : Naftalen + Glukosa; Glukosa + β-naftol; β-Naftol
+ Asam Benzoat; Asam Benzoat + Maltosa; Maltosa + Naftalen.
Pada
penetuan titik leleh sebelumnya dimasukkan terlebih dahulu masing-masig senyawa
murni pada pipa kapiler diketok-ketok menggunakan pipa yang berlubang hingga
senyawa murni pada pipa kapiler padat. Kemudian di ikat dengan menggunakan tali
pada thermometer lalu di masukkan ke dalam pelarut air untuk senyawa murni
yaitu: naftalen dan beta-naftol, sedangkan pelarut minyak digunakan pada
senyawa murni: glukosa, asam benzoate dan maltose. Tiap campuran digunakan
perbandingan (1:1); (1:3) dan (3:1)
Setelah
itu dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang telah berisi pelarut lalu ditutup rapat
, kemudian dipanaskan hingga senyawa murni pada pipa kapiler meleleh. Hal ini
yang menandakan bahwa suhu yang ditunjukkan dari senyawa tersebut merupakan
titik lelehnya. Untuk naftalen titik lelehnya yaitu 80°C, glukosa titk lelehnya
sebesar 140°C. untuk beta naftol sebesar 115°C, asam benzoate yaitu 140°C,
sedangkan untuk maltose sebesar 105°C-107°C.
a.
Campuran naftalen
+ glukosa
Pada
pencampuran senyawa murni ini dengan perbandingan 1:1 hasil yang didapatkan
dari titik leleh nya itu suhu awalnya 100°C dan suhu akhirnya yaitu 148°C. Pada
perbandingan 1:3 titik lelehnya yaitu dengan suhu awal 148°C dan suhu akhirnya
155°C. kemudian perbandingan yang digunakan yaitu 3:1 dengan suhu awalnya yaitu
130°C lalu suhu akhirnya 146°C.
b.
Campuran senyawa
murni glukosa + beta naftol
Pada
pencampuran senyawa murni antara glukosa + beta naftol dengan perbandingan 1:1 hasil yang didapatkan
dari titik leleh nya itu suhu awalnya 130°C dan suhu akhirnya yaitu 140°C.
Untuk perbandingan 1:3 titik lelehnya yaitu dengan suhu awal 146°C dan suhu
akhirnya 150°C. kemudian perbandingan yang digunakan yaitu 3:1 dengan suhu
awalnya yaitu 138°C lalu suhu akhirnya 149°C.
c.
Campuran antara
beta naftol dan asam benzoate
Dari
pencampuran senyawa murni beta naftol dan asam benzoate dengan perbandingan 1:1 hasil yang didapatkan
dari titik leleh nya yaitu suhu awalnya 88°C dan suhu akhirnya yaitu 92°C.
Untuk perbandingan 1:3 titik lelehnya yaitu dengan suhu awal 90°C dan suhu
akhirnya 103°C. kemudian perbandingan yang digunakan yaitu 3:1 dengan suhu awalnya
yaitu 85°C lalu suhu akhirnya 120°C.
d.
Campuran dari
asam benzoate dan maltose
Pada
pencampuran senyawa murni diantara asam benzoate dengan maltose dengan
perbandingan 1:1 hasil yang didapatkan dari titik leleh nya itu suhu awalnya
sebesar 110°C dan suhu akhirnya yaitu 120°C. Untuk perbandingan 1:3 titik lelehnya
yaitu dengan suhu awal 100°C dan suhu akhirnya 120°C. kemudian perbandingan
yang digunakan yaitu 3:1 dengan suhu awalnya yaitu 97°C lalu suhu akhirnya 135°C.
e.
Campuran diantara
senyawa murni maltose dan naftalen
Pada
pencampuran dari senyawa murni antara maltose + naftalen dengan perbandingan
1:1 hasil yang didapatkan dari titik leleh nya itu suhu awalnya 120°C dan suhu
akhirnya yaitu 122°C. Untuk perbandingan 1:3 titik lelehnya yaitu dengan suhu
awal 110°C dan suhu akhirnya 114°C. kemudian perbandingan yang digunakan yaitu
3:1 dengan suhu awalnya yaitu 113°C lalu suhu akhirnya 115°C.
IX.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan
dengan data yang didapatkan, jadi dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pada titik leleh
senyawa murni merupakan fasa dimana padatan menjadi fasa cair berdasarkan
terhadap suhunya yang berbeda-beda dalam kesetimbangan tekanan 1 atm.
2.
Dari kalibrasi
yang dilakukan bertujuan untuk menguji kemampuan kerja dari thermometer yang di
pakai. Batas bawah dilakukan dengan menggunakan air es sedangkan batas atas
menggunakan air panas.
3.
Di dalam suatu
senyawa yang terdapat zat pengotornya dapat mengakibatkan ikatan-ikatan senyawa
menjadi lemah yang menyebabkan titik leleh rendah.
4.
Untuk mengetahui
titik leleh suatu zat dapat dilakukan dengan membaca suhu yang di tunjukkan
pada thermometer ketika seyawanya mulai meleleh pada saat pemanasan atau dapat
menggunakan alat yaitu melting point.
X. Manfaat
Dari percobaan ini dapat di ambil
manfaatnya yaitu :
1. Praktikan memahami prinsip dasar dalam menentukan
titik leleh dari senyawa murni.
2. Praktikan terampil melakukan kalibrasi thermometer
terlebih dahulu sebelum digunakan untuk penentuan titik leleh agar thermometer
yang di pakai dalam kondisi bagus.
3. Praktikan memahami perbedaan titik leleh dari
senyawa murni dengan senyawa yang tidak murni lagi.
4. Praktikan terampil dalam melakukan penentuan titik
leleh suatu senyawa murninya.
XI.
Pertanyaan
1. Mengapa pada hasil penentuan titik leleh antara
naftalen dan glukosa dengan perbandingan 3:1 memiliki suhu awal dan suhu akhirnya
ketika meleleh lebih rendah dibandingkan
dengan perbandingan 1:3 pada hasil yang didapatkan?
2. Mengapa pada penentuan titik leleh senyawa murni
glukosa dengan manual dan menggunakan alat melting point itu berbeda?
3. Apa tujuan dari perngukuran campuran yang
berbeda-beda dengan perbandingannya yaitu 1:1 ; 1:3 dan 3:1?
XII.
Daftar Pustaka
Daniel. 2013. Perbandingan Suhu Tubuh Berdasarkan Pengukuran Menggunakan Termometer
Digital Pada Penderita Demam Dirumah Sakit Umum Kendau Manado. Jurnal
e-Biomedik, vol.1 no.1.
Effendi. 2015. Sintesis dan
Karakteristik Senyawa Baru Hasil Peleburan Senyawa Murni. Vol.1.
Kasman. 2005. Kimia Fisik zat.
Makasar: Universitas Muslim Indonesia.
Syamsurizal. 2019. Kalibrasi
Termometer dan Penentuan Titik Leleh. (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/) diakases pada tanggal 14 Februari 2020 pukul
21.00.
Syukri. 1999. Kimia Dasar I.
Bandung:ITB
XIII.
Lampiran
Pemanasan air
pemanasan
pelarut minyak untuk penentuan kelarutan
pengamatan pada
alat MPA
Pengukuran
suhu sebagai batas bawah pada kalibrasi termometer
pengukuran
temperature
Selengkapnya
percobaan kali ini dapat di lihat pada video berikut ini : https://youtu.be/kglJKQLe8vE
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalammualaikum wr.wb
BalasHapusPerkenalkan nama saya Radiah (A1C118045)
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2..
Menurut saya penentuan titik leleh senyawa murni glukosa dengan manual dan menggunakan alat melting point itu berbeda karena telah terjadi kontaminasi pada termometer yang digunakan..
Biasanya menggunakan MPA hasil yang didapat lebih akurat dibandingkan secara manual
Semoga bisa membantu..
Terimakasih
Saya Fitrianty (A1C118032) akan menjawab pertanyaan nomor 3, tujuan dari penentuan titik leleh dengan perbandingan bervariasi adalah untuk membandingkan titik leleh suatu senyawa tersebut yang mana lebih tinggi titik lelehnya antara 1:1, 1:3, atau 3:1.
BalasHapusSekian, trims
Saya Fitrianty (A1C118019) akan menjawab pertanyaan nomor 1. Karena naftalen memiliki titik leleh yang rendah dan glukosa memiliki titik leleh yang tinggi.
BalasHapusSaya Ryan Willianto (A1C118019) akan menjawab pertanyaan nomor 1. Karena naftalen memiliki titik leleh yang rendah dan glukosa memiliki titik leleh yang tinggi.
BalasHapus